nyaris semua orang pernah maen game / video game. di dalam video game pasti ada karakter 'musuh' yang harus dikalahkan. game yang paling sederhana pun udah pasti menampilkan karakter tersebut. musuh datang silih berganti, kadang datang berbarengan sehingga kadang bingung mau ngalahin yang mana dulu.
trus? hubungannya dengan bayi?
ngurus bayi ada miripnya dengan maen video game. pada saat mengurus bayi sering kita berhadapan dengan 'musuh' yang harus dikalahkan.
ketika bayi nangis, pertama kita ngecek apakah basah - pipis? .. jika iya, ini lah 'musuh' pertama. ketika sedang menghadapi 'musuh' pertama, lalu muncullah 'musuh' kedua, yaitu nangis. kalo nangis nya biasa mungkin masih ga pa pa, tapi kalo nangisnya kejér, gimana gak nelangsa ngedengernya.
lalu, bayi mempunyai reflek untuk menggerak-gerakkan tangan dan kaki secara cepat. ini lah 'musuh' berikutnya. yaitu susah nya melepas popok atau celana yang basah, dan mengganti nya dengan yang kering. dengan gerakan kaki yang cepat, lumayan bikin frustasi untuk bisa memasang nya dengan rapi.
belum lagi ketika itu, tampak si bayi haus, mau minum susu. ini lah 'musuh' selanjutnya
dan bagaimana ketika setelah diganti dengan celana / popok yang kering, muncul 'musuh' berikutnya. yaitu pup :D, walhasil jadi kalang kabut.
nah pada saat 'musuhmusuh' tersebut bermunculan, kadang kadang bingung, mau ngelawan yang mana dulu, mau ngasi susu dulu, mau ganti popoknya dulu, atau mau nenangin supaya gak nangis dulu?.
atau bersiin dulu dari pup terus baru dikasi susu?
karena semuanya itu datang nyaris bersamaan, jadi udah kaya' maen game, dan harus berhadapan dengan musuh yang datang dari segala arah, harus cepet cepet buru buru nge-eliminasi musuh yang tepat supaya bisa beralih ke musuh yang laen supaya game nya bisa ke next level
dengan kemurahan hati dr. Arief, gue dan nyokap diperbolehkan masuk ruang operasi.
baru kali ini masuk ruang operasi, semenjak pintu luarnya gue udah harus pake baju, yang makenya kebalik. terus abis itu ganti baju dengan baju ijo yang sering di liat di tipitipi lah (seperti di serial E.R) dan pake sendal jepit khusus ruangan operasi.
dari awal gue udah diwantiwanti nyokap, kalo gue gak kuat ngeliat darah banyak, mendingan ga usah. gue raguragu, karena gue gak tau gue kuat apa engga. tapi terus dr. Arief meng-urge gue untuk ikut masuk ruangan operasi.
sampai di dalam, gue disuruh berdiri agak di pojok. sementara itu ran dipersiapkan di meja operasi,
dibius lokal di suntik disekitar tulang punggung.
hampir setengah jam, (ga tau deh -- kirakira) belum ada tanda tanda mulai, dan gue perhatiin dokter Arief dan dokter anastesi nya sibuk melirik ke alat pendeteksi detak jantung.
dokter anastesinya beberapa kali mencoba menenangkan ran, terus, dipanggillah gue untuk mendekat. terus gue coba nenangin ran. dan setelah beberapa saat, akhirnya detak jantungnya mulai normal. dan dimulailah operasi nya.
ada tiga dokter yang wajib hadir pada operasi sesar, yaitu dokter kandungan, dokter anastesi dan dokter anak. lalu dengan bidan serta beberapa orang suster
sekitaran 2.30-an, alhamdulillah, anak pertama kami lahir.
"langsung nangis ya, son," kata dr. Arief
setelah dibersihkan dan diberi label, terus gue melafalkan azan di kuping kanannya, dan iqamat di kuping kirinya.
kemudian dibawa oleh bidan yang ikut serta pada operasi tersebut untuk ditimbang dan diukur.
gue kembali ke ran, karena dokter ternyata melanjutkan untuk mengangkat miom.
beberapa lama kemudian, kedua miom berhasil diangkat.
buset, sebesar telor bebek.
dan kemudian ran dibersihkan, dan siap dipindahkan ke ruang pemulihan
setelah berkeliling memutar menghindari jalanan sekitar istana, karena gue gak mau tiba tiba terhadang macet pengalihan jalan, sampailah gue, ran, bokap, nyokap dan mertua di rs budi kemuliaan jam 9-an malem.
dan segera melapor di ugd. agak beda rumah sakit bersalin dengan rumah sakit biasanya, ugd nya dirangkap untuk melayani kedatangan pasien non-emergency. dan selain itu pelayanan bolak balik antara meja suster dan meja admisistrasi serta pemeriksaan awal pasien butuh waktu hingga 1.5 jam!
bayangin kalo ternyata emang beneran emergency, misalnya udah mules mules, nggak tau deh tindakan mereka gimana.
karena rencana operasi dilakukan jam 10 pagi jadi gue waktu itu gue gak merasa dikejar kejar, paling pegel dan bosen aja nunggu nya
jam 10-an malem, barulah ran mendapatkan ruang.
sampai diruangan, suster lalu memasang alat pendeteksi detak jantung, yang hasilnya berupa grafik (seperti Seismograph). setelah diperiksa, suster memberitahu akan memeriksa lagi sekitar jam 7 pagi.
tapi ternyata jam setengah 12 malem, susternya datang lagi
"bu, bisa minta tolong suaminya untuk beli makanan, jangan roti, tapi nasi. untuk merangsang gerakan bayinya"
"emang kenapa bayinya?"
"hasil deteksi jantung tadi menunjukkan jantungnya gak stabil"
panik dimulai...
segeralah gue nyari tukang jualan, untung ada satu tukang jualan nasi goreng yang mangkal dipengkolan deket lampu merah. walah.. harus ngantri ada 4 orang yang udah nunggu pesanan pas gue dateng. untunglah abang tukang nasi gorengnya berinisiatip untuk mendahulukan gue, karena gue cuma mesen 1 bungkus, sementara beberapa yang lain mesen lebih dari 1 bungkus, dan mie rebus pulak.selesai makan, kirakira jam 12.30 dinihari, ran diperiksa lagi,
gue yang berusaha tenang, ternyata ga bisa, gue ngeliatin hasil grafik pemeriksaan yang berlangsung 20 menit-an tersebut.
menjelang menit menit akhir pemeriksaan ternyata spike grafiknya gak setinggi ketika menit menit awal, udah agak landai..
weleh gue langsung waswas.
susternya segera membawa print out grafik tersebut untuk ditanyakan ke dokter.
dan gak berapa lama kemudian suster nya kembali, kali ini gak sendiri, tapi dengan beberapa temennya
"bapak, ibu, kita sudah hubungi dokter, dan dokter memerintahkan untuk melakukan persiapan operasi sekarang"
langsung ciut hati gue,
lalu menyiapkan barang barang yang perlu dibawa, seperti gurita, kain panjang dan baju salin. sisanya tinggal diruangan, kecuali henpon dan barang berharga lainnya yang emang disuruh bawa.